Minggu, 20 November 2011

A lesson from the old man



Beberapa waktu lalu, saya dapat pelajaran yang sangat berharga dari seorang Bapak tua. Kejadian ini sebenarnya udah aga lama, sekitar sebulan yang lalu. Meski belum sempet2 posting disini (sok sibuk bener yak) tapi saya bertekad tetap mau berbagi cerita ini, meskipun sudah aga basi :)

Oke, cerita berawal dari kegelisahan teman2 kantor saya (dan juga saya) mengenai remunerasi yang tak juga ada selama 2 tahun terakhir ini. Sampai akhirnya, kabar gembira itu datang juga. Kami semua karyawan lama, mendapat "surat cinta" penyesuaian remunerasi. Bos tercinta mengumpulkan kami semua, makan siang bersama sambil membagikan surat cinta dari HRD tersebut.

Sayangnya, isi surat cinta tak sesuai harapan. Setelah hampir 2 tahun tidak ada remunerasi, penyesuaian yang kini diterima nampak hanya seperti basa-basi belaka. Sedih pasti...banyak yang kecewa. Saya pun, terbersit sedikit rasa sedih. "Oh...jadi hanya sebegini ini hasil kerja saya slama ini dihargai" Ya sudah lah...tetap bersyukur mendapat rejeki dari Allah SWT. Lagipula, Allah tetap memberikan rejeki lain melalui Oriflame. tak boleh mengeluh :)

Di perjalanan pulang, saya cerita kepada suami mengenai (sedikit) kesedihan saya. Karena capek bercerita, saya pun mampir ke sebuah mini market dekat rumah untuk membeli minuman. Disinilah saya bertemu dengan Bapak tua. Melihat garis-garis dan kerut keriput di seluruh tubuhnya, saya berasumsi usianya lebih dari 60 tahun. "Sepertinya si Bapak seumur papa" batin saya dalam hati kala itu. Ayah saya sudah berusia 78 tahun, dan lebih banyak menghabiskan kegiatan dirumah. Saat itu, si Bapak sedang sibuk membantu memarkirkan kendaraan para pengunjung mini market. Ia pun menerima uang parkir pemberian orang dengan senyum.

PLAK!!! Seketika itu pula saya berasa seperti ditampar. Bagaimana mungkin, saya yang masih muda dan mempunyai pekerjaan yang sangat nyaman (berada di ruangan berAC, bisa sambil mendengarkan musik dan sedikit bercengkrama bersama rekan kerja) masih berani mengeluhkan mengenai remunerasi yang saya terima siang tadi? Bagaimana bisa saya mengeluhkan penghasilan saya yang cukup besar jika dibandingkan dengan apa yang diterima si Bapak tadi? Saya merasa MALU! Sungguh sangat malu! Betapa saya kurang mensyukuri apa yang saya terima. Setelah selesai berbelanja, saya menghampiri si Bapak dan menyelipkan sedikit uang untuknya. Saat beliau menyadari uang yang saya berikan lebih dari cukup untuk membayar parkir, si Bapak menghampiri saya dan suami. Beliau mengucapkan terima kasih dengan sangat tulus, dan mendoakan kelancaran rizki saya dan kebahagiaan saya. Aamiin YRA. Semoga doa Bapak didengar Allah SWT.

Saya melanjutkan perjalanan pulang sambil menangis. Apa yang saya berikan kepada si Bapak tadi, tidak lebih banyak dari apa yang saya terima untuk penyesuaian remunerasi saya. Namun beliau sangat mensyukurinya. Saya pun bertekad, setiap bulan akan saya sisihkan sebagian penghasilan saya yang menjadi hak si Bapak.

Terima kasih banyak Pak! Bapak sudah mengajarkan saya bagaimana saya harus lebih bersyukur. Bagaimana berbagi dan memberi itu bisa menenangkan hati saya. Semoga engkau selalu diberikan kesehatan ya Pak :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar